Popular Post

Archive for 2015

Mempersiapkan membuat dokumentasi video

By : satriofantasi81


Pada dasarnya film dan video merupakan rangkaian dari banyak frame (bingkai) gambar yang didalamnya berisi tahap demi tahap suatu gerakan /sekuen yang diputar dengan kecepatan tertentu. Video sendiri dikenal luas diseluruh dunia pada pertengahan periode 1970-an. Bahan baku untuk format video (pita kaset) jauh lebih murah disbanding dengan bahan bakku untuk format film (pita seluloid). Ada 2 jenis format video yang digunakan yakni jenis analog dan digital.
   a.   Video analog
Video analog adalah generasi pertama sebelum adanya jenis video digital. Media utnuk menyimpan data video tersebut biasanya berupa pita kaset (tape) berbahan dasar pita magnetic. Beberapa jenis video analog seperti U Matic, Betacam SP, Betamax, VHS dan S-VHS.
   b.Video digital
Video digital sering disebut dengan DV yang berbeda dengan video analaog. Hal yang membedakan adalah video digital menggunakan arus sinyal dengan kode algoritma (encoded) yang terdiri atas kombinasi angka 1 dan 0, dimana media pengirim mampu mengubahnya kedalam format bahasa elektronik. Era video digital dimulai dengan ditemukannya CCD (Charge Couple Devico) yang merupakan chip elektronik yang peka terhadap cahaya untuk kemudian disimpan dalam pita berbentuk sinyal video.
 
   A.    Teknik membuat scenario
Scenario adalah gambaran tertulis dari keseluruan isi video yang ingin dibuat. Scenario berisi kerangka cerita dalam bentuk dasar rangkaian yang adegan-adegannya tidak terlalu dirincikan.
   B.     Macam dan jenis peralatan pendukung pembuatan dokumentasi video
     1.Peralatan primer
Perlatan primer adalah satu peralatan yang memiliki peran penting/pokok
Contoh :
Kamera video adalah alat untuk merekam/mengambil gambar bergerak.
Komputer yang dipakai biasanya dengan spesifikasi sebagai berikut :
Motherboard dengan chipset terbaru, prosesor Pentium IV keatas, memory 1 GB, harddisk 350 GB, VGA Card 128 MB, CD/DVD RW, Monitor 19”, Speaker aktif.
Video capture card adalah card yang dihubungkan pada slot PCI computer yang berfungsi untuk memindahkan hasil rekaman kamera ke computer.
   2.      Peralatan sekunder
  Peralatan sekunder ialah peralatan pendukung dalam pengambilan gambar/video.
  Contoh : monopod/trimpod, lampu, cassette cleaner,baterai cadangan, rewinder, microphone.
    C.     Teknik pengambilan gambar
1.      Ukuran pengambilan gambar
a.       Extreme Long Shoot (ELS)
Gambar diambil dari jarak sangat jauh, yang ditonjolkan bukan objek lagi tetapi latar belakangnya. Dengan demikian dapat diketahui posisi objek tersebut terhadap lingkungannya.
b.      Long Shoot (LS)
Pengambilan secara keseluruhan. Gambar diambil dari jarak jauh, seluruh objek terkena hingga latar belakang objek.
c.       Medium Long Shoot (MLS)
Gambar diambil dari jarak yang wajar, sehingga jika misalnya terdapat 3 objek maka seluruhnya akan terlihat. Bila objeknya satu orang maka tampak dari kepala sampai lutut.


d.      Medium Shoot (MS)
Gambar diambil dari jarak yang wajar, sehingga jika misalnya terdapat 3 objek maka seluruhnya akan terlihat. Bila objeknya satu orang maka tampak dari kepala sampai lutut.
e.       Medium Close Up (MCU)
Hampir sama dengan MS, jika objeknya orang dan diambil dari dada keatas.
f.       Close Up (CU)
Gambar diambil dari jarak dekat, hanya sebagian dari objek yang terlihat seperti hanya mukanya saja atau sepasang kaki yang bersepatu baru
g.      Big Close Up (BCU)
Pengambilan gambar dari sebatas kepala hingga dagu.
h.      Extreme Close Up (ECU)
Lanjutan dari Pengambilan gambar yang terlihat sangat detail seperti hidung pemain atau bibir atau ujung tumit dari sepatu.
i.        Two Shoot (TS)
Menampilkan 2 gambar objek dalam satu frame.
2.      Sudut pengambilan gambar
a.      Bird Eye View
Teknik pengambilan gambar yang dilakukan dengan ketinggian kamera berada di atas ketinggian objek
b.      High Angle
Sudut pengambilan dari atas objek sehingga mengesankan objek jadi terlihat kecil. Teknik ini memiliki kesan dramatis yaitu nilai “kerdil”.
c.       Frog Eye
Sudut pengambilan gambar dengan ketinggian kamera sejajar dengan alas/dasar kedudukan objek atau lebih rendah. Hasilnya akan tampak seolah-olah mata penonton mewakili mata katak
d.      Low Angle
Sudut pengambilan dari arah bawah objek sehingga mengesankan objek jadi terlihat besar. Teknik ini memiliki kesan dramatis yaitu nilai agung/ prominance, berwibawa, kuat, dominan.
e.       Eye Level
Sudut pengambilan gambar sejajar dengan objek. Hasilnya memperlihatkan tangkapan pandangan mata seseorang. Teknik ini tidak memiliki kesan dramatis melainkan kesan wajar
3.      Gerakan dalam kamera
1.      Zoom in/out
Gerakan kamera menjauhi dan mendekati objek.
2.      Panning
gerakan kamera menyamping. Pann left gerakan ke arah kiri dan pann right gerakan ke arah kanan.
3.      Tilting
gerakan kamera secara vertical atau atas bawah. Tilt Up gerakan naik dan Tilt Down gerakan turun.
4.      Tracking
gerakan kamera dengan arah maju dan mundur atau depan belakang, bisa dengan bantuan doly atau rel kereta. Track In gerakan maju kedepan dan Track Out gerakan mundur kebelakang
5.      Crabbing
Menggerakkan kamera swecara horinzontal dengan arah menyamping dan objek yang disorot pada posisi diam.
6.      Pedestal
Menggerakkan kamera secara vertical dengan objek pada posisi diam.
7.      Arc
Gerakan kamera memutar mengitari objek dari kiri ke kanan atau sebaliknya.
8.      Traveling
Menggerakkan kamera saat mengambil gambar objek bergerak.


Blok Penerima AM & FM

By : satriofantasi81
PENERIMA AM
  1. Antena/ANT : sebagai penangkap sinyal yang membawa informasi yang dipancarkan oleh pemancar (TX).
  2. Penguat RF : menguatkan daya RF ( Radio Frequency/ Frekuensi tinggi) yang berisi informasi sebagai hasil modulasi pemancar asal. Setelah diperkuat, geteran RF dicatukan ke mixer.
  3. Mixer (pencampur) : mencampurkan getaran/sinyal RF dengan Frekuensi Osilator Lokal, sehingga diperoleh frekuensi intermediet (IF/Intermediate Frequency).
  4. Penguat IF : digunakan untuk menguatkan Frekuensi Intermediet (IF) sebelum diteruskan ke blok selanjutnya ialah blok detektor. IF merupakan hasil dari pencampuran getaran/sinyal antara RF dengan Osilator Lokal.
  5. Detektor : mengubah frekuensi IF menjadi frekuensi informasi.
  6. Penguat AF : menyearahkan getaran/ sinyal AF serta meningkatkan level sinyal audio dan kemudian diteruskan penguat  AF ke suatu pengeras suara.
  7. Speaker/SPK : mengubah sinyal atau getaran listrik berfrekuensi AF menjadi getaran suara yang dapat didengar oleh telinga manusia.

PENERIMA FM
  1. Anten/ANTa : menangkap sinyal-sinyal bermodulasi yang bersal dari antena pemancar.
  2. Penguat RF : menguatkan sinyal yang ditangkap oleh antena sebelum diteruskan ke blok berikutnya yaitu Mixer (pencampur).
  3. OSC (Osilator Lokal) : mebangkitkan getaran frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi sinyal keluaran RF. Kemudian hasilnya akan diteruskan ke blok Mixer.
  4. Mixer (pencampur) : mencampurkan kedua frekuensi yang berasal dari RF Amplifier dan Osilator Lokal. Hasil dari olahan mixer adalah Intermediate Frequency (IF) dengan besar sekitar 10,7 MHz.
  5. Penguat IF : menguatkan Frekuensi Intermediet (IF) sebelum diteruskan ke blok limiter.
  6. Limiter (pembatas) : meredam amplitudo gelombang yang sudah termodulasi (sinyal yang dikirim pemancar) agar terbentuk sinyal FM murni (beramplitudo rata).
  7. Detektor FM : mendeteksi perubahan frekuensi bermodulasi, menjadi sinyal informasi (Audio).
  8. De-emphasis : menekan frekuensi audio yang besarnya berlebihan (tinggi) yang dikirim oleh pemancar.
  9. AFC (Automatic Frequency Control / Pengendali Frekuensi Otomatis) : mengatur frekuensi osilator local secara Otomatis agar tetap stabil.
  10. Dekoder Stereo : memproses sinyal Stereo, sehingga hasilnya diteruskan pada 2 buah penguat AF (FM Stereo).
  11. Penguat Audio : menyearahkan getaran/ sinyal AF serta meningkatkan level sinyal audio dan kemudian diteruskan penguat  AF ke suatu pengeras suara.
  12. Speaker/SPK : mengubah sinyal atau getaran listrik berfrekuensi AF menjadi getaran suara yang dapat didengar oleh telinga manusia.


“ SELAMAT MENGERJAKAN UJIAN KAWAN, jangan takut “

Sistem Bilangan Komputer

By : satriofantasi81


Bilangan Desimal merupakan bilangan yang umum digunakan sehari-hari, dan bilangan ini menggunakan 10 macam simbol yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.
bilangan biner adalah sebuah sistem penulisan angka dengan menggunakan dua simbol, yaitu 0 dan 1.
Heksadesimal adalah sebuah sistem bilangan yang menggunakan 16 simbol. Simbol yang digunakan adalah 8 digit bilangan angka yaitu 0 sampai 9 ditambah dengan 6 simbol huruf yaitu huruf A hingga F. Dimana A = 10, B = 11, C= 12, D = 13 , E = 14 dan F = 15. Setiap 1 digit bilangan hexadecimal sama dengan 4 digit bilangan biner.
Oktal sebuah sistem bilangan berbasis delapan. Simbol yang digunakan pada sistem bilangan ini adalah 0,1,2,3,4,5,6,7.

Contoh soal :
Merubah bilangan decimal ke bilangan biner , Cara konversi bilangan desimal ke biner adalah dengan membagi bilangan desimal dengan 2 dan menyimpan sisa bagi per seitap pembagian terus hingga hasil baginya < 2. Hasil konversi adalah urutan sisa bagi dari yang paling akhir hingga paling awal.
Contoh = 125 adalah 1111101
Penghitungan  125/2 =  62 sisa 1
62/2  = 31 sisa 0
31/2  = 15 sisa 1
15/2  = 7 sisa 1
7/2  = 3 sisa 1
3/2  = 1 sisa 1
Jadi 125 dirubah ke biner adalah 1111101

Merubah bilangan biner ke decimal, Cara mengkonversi bilangan biner ke desimal adalah dengan mengalikan satu-satu bilangan dengan 2 (basis biner) pangkat 0 atau 1 atau 2 dst dimulai dari bilangan paling kanan. Kemudian hasilnya dijumlahkan.
Cont : 11001 adalah 25
Penghitungan  1 x 24 = 16
1 x 23 = 8
0 x 22 = 0
0 x 21 = 0
1 x 20 = 1 ---- bila dijumlahkan hasilnya 25

Merubah bilangan decimal ke octal, konversi bilangan desimal ke octal adalah dengan membagi bilangan desimal dengan 8 dan menyimpan sisa bagi per seitap pembagian terus hingga hasil baginya < 8. Hasil konversi adalah urutan sisa bagi dari yang paling akhir hingga paling awal.
Cont : 1327(10) adalah 2457(8)
Penghitungan  1327/8 = 165 sisa 7
165/8  = 20 sisa 5
20/8   = 2 sisa 4
Merubah bilangan octal ke decimal, adalah dengan mengalikan satu-satu bilangan dengan 8 (basis octal) pangkat 0 atau 1 atau 2 dst dimulai dari bilangan paling kanan. Kemudian hasilnya dijumlahkan.
Cont : 124(8) = 36 (10)
Penghitungan            1  x  82 = 16
                                2  x  81 = 16
                                4  x 80  = 4
                                              36
Merubah bilangan heksadesimal ke decimal, Cara mengkonversi bilangan biner ke desimal adalah dengan mengalikan satu-satu bilangan dengan 16 (basis hexa) pangkat 0 atau 1 atau 2 dst dimulai dari bilangan paling kanan. Kemudian hasilnya dijumlahkan.
Cont : 7A9F(16)=31391(10)
Penghitungan                   7  x 163    = 28672
                                A= 10 x 162   = 2560
                                      9 x 161       = 144
                                F= 15 x 160    = 15
                                                        31391

Merubah bilangan  decimal ke heksadecimal, Cara konversi bilangan desimal ke octal adalah dengan membagi bilangan desimal dengan 16 dan menyimpan sisa bagi per seitap pembagian terus hingga hasil baginya < 16. Hasil konversi adalah urutan sisa bagi dari yang paling akhir hingga paling awal. Apabila sisa bagi diatas 9 maka angkanya diubah, untuk nilai 10 angkanya A, nilai 11 angkanya B, nilai 12 angkanya C, nilai 13 angkanya D, nilai 14 angkanya E, nilai 15 angkanya F.
Cont : 23670 adalah 5C44
Penghitungan  23670/16  = 1476 sisa 4
                        1476/16   = 92 sisa 4
                        92/16       = 5 sisa 12 ---- 12 dalam heksadesimal ditulis C
Merubah bilangan Octal ke biner, Konversi bilangan octal ke biner caranya dengan memecah bilangan octal tersebut persatuan bilangan kemudian masing-masing diubah kebentuk biner tiga angka.
Cont : 142(8) = 001100010(2)
Penghitungan   001 100 010
                             1      4     2
Merubah bilangan biner ke octal, mengelompokkan angka biner menjadi tiga-tiga dimulai dari sebelah kanan kemudian masing-masing kelompok dikonversikan kedalam angka desimal dan hasilnya diurutkan.
Cont : 010001101(2)=215(8)
Penghitungan    010 001 101
                          2     1     5
Merubah bilangan heksadecimal ke biner, Sama dengan cara konversi bilangan octal ke biner, bedanya kalau bilangan octal binernya harus 3 buah, bilangan desimal binernya 4 buah.
Cont : B7A(16) = 1011011111010(2)
Penghitungan             1011 0111 1010
                                   B      7      A
Merubah bilangan biner ke heksadecimal, sama seperti biner ke octal tapi pengelompokan binernya bukan tiga-tiga melainkan harus empat-empat.
Cont : 10100101(2) = A5(16)
Penghitungan    1010 0101
                         10      5
Merubah bilangan octal ke heksadesimal, mengubah bilangan octal menjadi biner kemudian mengubah binernya menjadi hexa. Ringkasnya octal->biner->hexa.
Cont : 715(8) =1CD (16)
 Penghitungan   7       1        5                 oktal
                                1|11  00|1  011       biner
                                1    C       D           heksa
Merubah bilangan heksadesimal ke octal, mengubah bilangan hexa ke biner kemudian diubah menjadi bilangan octal. Ringkasnya hexa->biner->octal.
Cont : 1CD (16)= 715(8)
Penghitungan    1CD                                   heksa
                                000|1 11|00  1 |101    biner
                                0      7     1        5       oktal


Selamat belajar

- Copyright © satrio - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -